Home

Thank you

Terima Kasih telah mengunjungi Blog sederhana ini, Semoga bisa memberi manfaat.

Kamis, 12 Mei 2011

Antara Manusia dengan ALAM dan tujuan kepada TUHANNYA

Pengertian Tanggung Jawab

            Pengertian tanggung jawab dalam kebudayaan kita, umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai keharusan untuk "menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain yaitu suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan, dan ada pula diartikan sebagai konsekuensi akan perilaku maupun keputusan kita nantinya.

            Tanggung jawab dapat terbagi menjadi 2, yaitu:

    1.      Tanggung jawab menurut waktu/masanya.
            Pada tanggung jawab menurut waktunya ini kita telah ketahui bahwa manusia hidup tidak didunia saja, namun juga diakhirat.
Maka tanggung jawab saat kita didunia telah nyata kita ketahui.
contohnya :
a.       Saat kita memiliki tugas dari seorang atasan untuk menyelesaikan masalah, itu adalah suatu penugasan, dan setiap kegiatan yang kita lakukan memiliki tanggung jawabnya, yaitu saat kita mengerjakan dan menyelesaikannya kita pertanggung jawabkan kepada atasan kita tentang tugas kita.
b.      Ketika kita berbuat kesalahan pada seseorang, pastinya kita harus mempertanggungjawabkan kesalahan kita terhadap orang lain, agar melahirkan sikap toleransi.

Yang kedua tanggung jawab kita untuk diakhirat nanti yang pastinya untuk:
a.       Mempertanggungjawabkan perbuatan apa saja yang kita lakukan saat didunia, apabila berat kepada kebaikan maka kita akan baik pula hasilnya, namun sebaliknya apabila kita berat kepada keburukan maka kita akan menerima keburukan sebagai tanggungjawabnya.

     2.      Tanggung jawab menurut obyeknya.
Disini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a.       Tanggung jawab kepada sesama manusia
b.      Tanggung jawab kepada alam atau makhluk hidup lain
c.       Tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
            Ketiganya sangatlah erat hubungannya, dimana kita hidup bersamaan dan hidup untuk satu tujuan yaitu Tuhan yang akan menagih tanggung jawab kita akan perilaku kita didunia.

a.       Tanggung jawab kepada sesama manusia
      Manusia hidup tidak bisa hidup dengan sendirinya, atau manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa manusia lain, seperti saat kita ingin memangkas rambut kita membutuhkan pertolongan tukang pangkas rambut, atau saat kita meninggalkan dunia ini pun tak lain meminta bantuan orang lain.
      Maka sebab itu, manusia pun memiliki tanggung jawab sebagai manusia yang selalu beraktivitas menuju tujuan yang dinginkannya dan diikuti dengan konsekuensi yang mengikuti keputusannya. Manusia tidak akan luput dari tanggung jawabnya antar sesama manusia baik itu bernilai baik maupun itu bernilai buruk.

b.      Tanggung jawab kepada alam atau makhluk hidup lain
      Manusiapun pada awalnya berasal dari alam yang melindungi, memberikan penghidupan, maupun penghirupan, namun antara manusia dengan alam pasti ada yang namanya timbal balik, baik dengan penangulangan lanjutan seperti perawatan hutan, dan dengan penangulangan permanent seperti penanamman kembali.
      Walau sekarang manusia telah lupa dengan asal kehidupan mereka yang hanya memikirkan pikiran “Perut”, tak memikirkan dampaknya, yang akan merepotkan manusia itu sendiri. Semoga manusia sadar dengan perbuatan yang dilakukannya yang tidak melahirkan rasa tanggung jawab kepada asal mulanya ia tinggal.

c.       Tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
      Pada akhirnya manusia memang akan menuju tujuan dari ia diciptakan, yaitu Tuhan, namun Tuhan tidaklah kan repot bila kita tak menyembahnya, karena yang sebenarnya kitalah yang membutuhkannya.
      Maka dari itulah, kita harus ingat bahwa kita itu takan selamanya hidup didunia ini, kita nanti akan bertemu dengan hasil perilaku kita didunia dan dipertanggungjawabkan diakhirat nanti dihadapan pengadilan yang adil seadilnya, bukan seperti didunia, pengadilan memang banyak, namun mencari keadilanlah yang susah.

            Pada umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.
             Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
            Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang prinsip-prinsip penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab:

     1.      Memberi teladan yang baik.
            Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan tugas semacam itu.

     2.      Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.
            Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Sangat penting bagi orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya.

     3.      Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
           Orangtua dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.

     4.      Memberi ganjaran atas kesalahan.
           Orangtua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.

     5.      Jangan terlalu banyak menuntut.
           Orangtua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu.
            
          Suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua dalam hal mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak.

            Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi.
Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab.


Makna Tanggung Jawab

            Tanggung jawab merupakan tanda kematangan diri. Mungkin ada diantara kita yang sudah sangat dewasa, tapi dari sisi perilaku, pikiran dan keimanannya ternyata masih sangat muda. Sebaliknya, mungkin ada yang usianya masih relatif muda, tapi sisi spiritual, pola pikir, dan tanggung jawab sudah menunjukkan kematangan.

            Seringkali tanggung jawab ditakuti orang. Berbagai alasan diungkapkan untuk menghindari pertanggung jawaban. Padahal jika dilakoni dengan baik, keberhasilan akan mudah diraih. Ada satu kata yang sering membuat kita gagal, menyesal dan kecewa, yaitu: alasan.

            Seorang yang hebat bukanlah orang yang mampu mengarang banyak alasan. Seorang yang matang bukanlah mereka yang mampu memberikan alasan-alasan yang kuat secara spontan. Seribu alasan bisa dikarang dalam waktu singkat untuk membenarkan kekeliruan. Ada orang yang karena sudah profesional, mudan sekali untuk mengarang alasan.

            Kemampuan untuk beralasan akan menghambat kedewasaan seseorang. Mungkin orang itu berhasil memberikan pengertian kepada orang lain, tapi tingkatan perjalanan hidupnya takkan bertambah dan perilakunya takkan matang.

            Bagaimanapun membuat alasan bukanlah cara yang terbaik untuk mematangkan diri. Daripada sibuk mencari alasan untuk membenarkan kekeliruan kita, lebih baik meminta maaf kepada yang bersangkutan. Lebih baik istighfar kepada Allah.

            Pada hakekatnya, tanggung jawab akan menghasilkan ketabahan dan ketekunan pada yang mengalaminya, karena tanggung jawab pun hanya terdapat pada setiap manusia itu sendiri. Semoga kita bisa menjadi manusia yang penuh tanggung jawab, walaupun itu berat, namun itupun demi kebaikan yang akan kita terima nantinya.

Semoga bermanfaat.

Sumber Bahan Referensi:                        
      -          Buku IBD Univ.Gunadarma
-     mbah google
By:Ah-mad UC

0 komentar:

Posting Komentar

Attention!!!

Terima kasih untuk tidak melakukan cofy/paste pada semua tulisan yang berada di blog ini tanpa seijin author, kecuali memasukan alamat sumber dari blog ini...